Prediksinya Bola - Jose Mourinho mulai bulan depan tak lagi menempati kursi panas Real
Madrid. Hal itu ditegaskna oleh presiden El Real, Florentino Perez
menegaskan bahwa Mourinho tak akan lagi menukangi klubnya.
Bicara Mou, berarti bicara tentang komentarnya yang penuh dengan
kontroversial. Bahkan selama tiga musim Mourinho berkarier di Santiago
Bernabeu bisa dibilang kicauan kontroversialnya bisa dijadikan sebuah
buku.
Ya lelucon itu pantas disematkan kepadanya lantaran setiap kali
berkomentar, tak lepas meninggalkan sebuah masalah. Bahkan tak jarang,
ucapan yang seenaknya saja dari mulutnya, sering meninggalkan sakit hati
kepada para korbannya.
Media Spanyol, AS berhasil merangkum beberapa komentar dan juga beberapa
sikap kontroversi dari pelatih berpaspor Portugal itu. Dari saat awal
musim dia melatih hingga menjelang pemecatannya.
Siapa Pedro Leon?
Pedro Leon merupakan pemain Madrid yang kini dipinjamkan ke Getafe.
Namun dia sempat curhat ke media bahwa pernyataan Mou pernah
menyakitinya. Dia merasa ‘dipermalukan’ oleh mantan pelatih Chelsea itu.
Mou yang saat itu didesak oleh para wartawan mengenai alasannya menarik
keluar dari skuadnya pada pertandingan Liga Champions melawan Auxerre di
Prancis, 2010 silam mengatakan dirinya tidak mengetahui siapa itu Leon.
"Anda berbicara tentang Pedro Leon seolah-olah dia (Pedro Leon) adalah
Zinedine Zidane, Diego Maradona, atau Alfredo di Stefano. Dia itu
Siapa?,” cetus pelatih yang menjulukinya The Only One.
Pengusiran Pertama Mourinho
Ajang Copa del Rey menjadi salah satu ajang yang tak pernah dilupakan
Mourinho. Pasalnya Mou untuk pertama kalinya diusir oleh wasit karena
melakukan protes keras.
Tepatnya pada saat El Real ditahan imbang Real Murcia di leg pertama.
Saat itu Mou yang tak puas dengan keputusan wasit, Romero. Kemudian sang
pengadil pun memaksa mengusirnya keluar dari pertandingan yang
berlangsung di Estadio Nueva Condomina itu. Romero juga yang mengusir
Mourinho saat Madrid melawan Villarreal.
Keluhkan Jadwal
Mengeluh menjadi hal yang sering dilakukan oleh Mourinho, salah satunya
adalah saat mengeluhkan jadwal Madrid yang ternyata tidak sebagus dengan
Barca. Dia pun melontarkan kicauannya dengan menyindir pihak La Liga:
“Jadwal ini dbuat orang-orang yang tertawa kepada kami,”
Team Order ala Mou
Jika di Formula One ada istilah Team Order, yaitu pemesanan dari tim
kepada salah satu pembalap yang tergabung dalam satu tim, secara
matematis tidak berpeluang untuk menjadi juara dunia. Di era Mourinho
ada istilah itu, namun beda misi.
Pada 2011 di Liga Champions, Mou diduga memerintahkan beberapa pemainnya
untuk mendapatkan kartu kuning saat melawan Ajax di Amsterdam Arena.
Mereka adalah Sergio Ramos, Xabi Alonso, Iker Casillas, dan Jerzy Dudek.
Tujuannya adalah demi bisa bermain di laga berikutnya.
UEFA pun menghukum Madrid sebesar 120 ribu euro, termasuk Mourinho yang
mendapatkan denda 40 ribu euro plus larangan satu pertandingan, Ramos
(20 ribu euro) dan Alonso (10 ribu euro). Sementara Casillas dan Dudek
mendapatkan sanksi 5 ribu euro.
Colok Mata Vilanova
Insiden memalukan sepakbola Spanyol terjadi pada Agustus tahun lalu.
Saat itu Los Blancos kalah dari Barcelona 3-2. Kekalahan itu juga
diwarnai kekisruhan antar kedua tim yang terjadi di menit-menit akhir
leg kedua Piala Super Spanyol.
Kekisruhan dimulai dari aksi tekel Marcelo terhadap Cesc Fabregas, yang
mewabah hingga para pemain dan juga staf kedua tim di bench. Selama
perkelahian itu, Mou tiba-tiba datang dan mencolok Tito Vilanova yang
saat itu masih menjadi asisten pelatih Josep Guardiola. Tanpa berdosa,
pelatih 50 tahun itu kembali ke bench Madrid.
Beberapa saat setelah kejadian, Mou enggan meminta maaf kepada Barca
atas perbuatan yang tidak simpatik itu. “Saya tidak akan mengatakan itu
(meminta maaf) kepada Tito Vilanova,” tegasnya.
Aksi memalukan tersebut mendapat respons dari berbagai pihak dan terjadi
pada saat Real Madrid menghadapi Galatasaray di Bernabeu Trofi. Di mana
spanduk yang terbentang yang diduga datang dari pihak pemerintah
setempat: Mou jari anda menunjuk jalan dan Mou Tidak menyesali apa-apa.
Sindir Akademi Madrid
Mungkin di antara puluhan pelatih yang telah menukangi Real Madrid,
hanya Mourinho yang berani mengkritik akademi El Real yang sering
disebut Castilla. Baginya kebijakan para petinggi Madrid yang tidak bisa
memberi kesempatan para lulusan Castilla untuk menjajal tim utama
adalah suatu kesalahan.
Kekecewaan Mou itu bercermin pada apa yang telah dilakukan Barca kepada
para lulusan La Masia. Di mana mereka selalu memberi kesempatan kepada
para jebolannya untuk menikmati panasnya bersaing di tim utama, tanpa
harus dipinjamkan atau dijual ke tim lain.
“Barca adalah tim terbaik dalam 30 tahun terakhir, itu karena mereka mengandalkan produk asli,” ucap Mou.
Salah satu bukti upaya Mou untuk memanfaatkan lulusan Castilla adalah,
dengan dibawa pulangnya Diego Lopez. “Sebenarnya saya ingin membawa
pulang Diego Lopez sejak awal,” tegasnya.
Absen di Gelaran Ballon d’Or
Lantaran kesal dengan hasil pemungutan suara untuk kategori pelatih
terbaik tahun ini, maka Mourinho enggan datang ke penghargaan Ballon
d’Or awal tahun ini. Dia pun tak menyesali memenuhi undangan dari FIFA
yang ditujukan kepadanya.
“Apakah saya menyesal tidak menghadiri acara tersebut? TIdak. Itu adalah
keputusan yang tepat. Mereka menghubungi saya lebih dari satu. Dua atau
tiga dari mereka menyatakan akan memilih saya, tetapi mereka memilih
yang lain. Jadi saya memutuskan untuk tidak pergi,” bebernya.
Rajin Mengkritik Madridista
Bagi seorang Mourinho, mengkritik jadi santapannya. Entah siapa pun yang
dianggap salah di matanya. Tak terkecuali terhadap pendukung setia El
Real yang biasa akrab disapa Madridista.
Meski tidak dengan kata-kata tajam, tapi jelas dia menyayangkan hanya
sedikit kelompok “suporter khusus” Madrid yang biasanya menempati tribun
selatan. Pernyataan tersebut didasari oleh antara Madrid kontra CSKA
Moskow dalam leg kedua16 besar Liga Champions, tahun lalu. Di mana saat
itu beberapa Madridista tak datang ke tribun.
Menyisihkan Casillas demi Seorang Lopez
Kebijakan Mou yang paling hangat dan sarat kontroversi adalah
mencadangkan Iker Casillas dan lebih memilih Diego Lopez untuk berdiri
di bawah mistar gawang Los Blancos.
Meski sudah dihujani kritik, namun mantan pelatih Inter Milan itu tetap
memasang Lopez. Terakhir final Copa del Rey antara Madrid jumpa Atletico
Madrid, menjadi bukti Mou memang terpincut dengan penampilan Lopez.