Prediksinya Bola - Selepas kontraknya diputus Real Madrid, José Mourinho punya banyak waktu
untuk berpikir. Baik itu perihal masa depannya maupun “testimoni” kecil
yang sedikit-banyak menyindir etika sepakbola di internal Los Blancos.
Memang, curhatan Mou – panggilan santai Mourinho ini, tak menyebutkan
langsung tentang Madrid. Tapi jelas, keluhannya ini muncul usai dirinya
gagal membawa pulang satu pun gelar ke Santiago Bernabéu musim ini.
Sejak awal pelatih eksentrik itu menukangi Madrid, berbagai problema
internal sudah mendera. Mulai dari perseteruannya dengan salah satu
mantan direktur Madrid, Jorge Valdano, hingga yang terakhir isu
friksinya dengan portero utama sekaligus Capitán tim, Iker Casillas.
Sejumlah masalah itu pun bagai api dalam sekam yang akhirnya memecah
kesatuan sebuah tim. Padahal, eks pembesut FC Porto, Chelsea dan Inter
Milan itu ingin tim yang ditanganinya, bersedia menyatukan kepala demi
tujuan bersama sebagai satu unit tim yang solid.
“Saya percaya bahwa sukses bergantung pada target yang dicapai oleh
sebuah tim. Tim yang mampu mengenal dan memperjuangkan target-target
itu. Sekarang, segalanya kian sulit untuk sebuah tim bisa bekerja sama
sebagai satu unit tim,” keluh Mou.
“Nilai-nilai yang penting sudah hilang – cara mendidik klub dan
profesionalisme pemain sudah semakin buruk. Inilah masalah sepakbola
dewasa ini. Bekerja sama sebagai satu tim adalah yang utama, bukan
individual,” sambungnya, seperti disadur FoxSports, Senin (3/6/2013).
Kelakuan media-media Spanyol juga ditengarai menjadi salah satu faktor
Mou tak nyaman mengeluarkan ide-ide baru walau kontroversial. Itu pula
sebabnya sejak paruh kedua musim ini, Mou acap menjaga jarak dengan
kalangan kuli tinta di negeri semenanjung Iberia itu.
“Saya ingin membuka dan menutup siklus karier spakbola saya tanpa
membicarakan kelemahan yang ada. Saya mencoba untuk tidak membicarakan
media Spanyol karena hal itu,” lanjut arsitek berjuluk The Only One itu.
Kemudian Mou pun teringat pada sosok salah satu kolega terbaiknya, Sir
Alex Ferguson. Teringat dan bicara bagaimana Sir Alex begitu nyamannya
mendapat kepercayaan klub yang begitu lama hingga akhirnya menawarkan
warisan tak terkira saat pria paruh baya asal Skotlandia itu tutup
karier.
“Dua puluh gelar buat saya amat banyak. Saya belajar dari itu dan saya
pun ingin memenangkan lebih dari itu. Tapi saya juga mesti menerima
kegagalan sebagai bagian dari kehidupan profesional saya,” tambah Mou.
“Dengan kepergian Ferguson, saya menyadari bahwa berada di jajaran
tinggi salah satu pelatih muda, membuat saya harus lebih bertanggung
jawab. Saya sudah berada di atas selama 10 tahun terakhir. Saya merasa
lebih punya tanggung jawab karena para pelatih muda mengharapkan itu
dari saya dan saya tak ingin memberi kekecewaan,” tuntasnya.